Tidak
ada penderitaan melebihi pahitnya dijajah diri sendiri. Terlebih lagi bagi yang
tidak menyadari. Sebab sejatinya dosa, kesalahan, maksiat, jalan hidup yang
menyimpang dari aturan Ar-Rahman, adalah bentuk penjajahan atas diri sendiri.
Sebab tidak ada perbuatan yang tak terbalas. Baik dan buruknya. Kecil dan
besarnya. Tampak dan tersembunyinya.
Ya.
Sejatinya semua dosa dan maksiat yang kita lakukan adalah bentuk penjajahan
atas diri kita sendiri. Yang akumulasinya mengkristal dalam kegalauan dan
kegersangan hati. Hidup tidak tenang dan nyaman. Betapapun dunia berada dalam
genggaman.
Ada
sepi yang menggelayuti hati. Sepi tak terperi. Ada duka yang menoreh jiwa. Duka
tak terkira. Mungkin, kita bisa menghibur diri dengan kidung-kidung ria dan
bait-bait indah puisi. Tapi semuanya nihil. Imitasi. Atau juga bersembunyi di
balik benteng istana dunia yang rapuh bak sarang laba-laba. Semuanya tak
berarti. Sama sekali. Sebab tidak ada jalan lain untuk merdeka dari penjajahan
ini, selain dengan menyadari, mengakui dan tulus mau kembali pada pangkuan
Ilahi.
Sudah saatnya untuk memerdekakan diri. Hapus tirani. Jangan lagi jadi diktator atau koloni atas diri sendiri.
Sudah saatnya untuk memerdekakan diri. Hapus tirani. Jangan lagi jadi diktator atau koloni atas diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar