Minggu, 16 Juni 2013

Dunia Lebih Hina dari Bangkai Anak Kambing




Assalamu’alaikum…gmna kbarnya nih sobat muda? Emm mudah2an semuanya ttep pada sehat slalu…mudah2an juga pada rajin ibadah and belajarnya.
Sobat muda. Berbicara tentang dunia, tak terlepas dari banyaknya pesona yang membuat kita lupa, bukan itu saja panorama yang indah membalut mata kita yang memandang yang semula redup menjadi sejuk terang benderang..ya itulah pesona dan kemerlap dunia, dimana banyak orang siap menghamba untuk mendapatkannya. Pesona pantai yang indah hingga gunung yang sejuk, pesona kereta yang nyaman hingga kapal pesiar yang mewah, pesona rumah yang besar hingga pusat-pusat hiburan keluarga yang bertebaran, pesona layanan kelas satu di restoran mewah hingga menikmati perjalanan kelas satu ke kota-kota indah di dunia ini, pesona memiliki banyak anak hingga pesona dihormati banyak orang, pesona memiliki uang banyak yang siap memiliki apapun yang kita ingini, pesona wanita cantik hingga pesona makanan dan minuman lezat, halal maupun haram, dan masih ada berjuta-juta jenis lagi berbagai pesona dunia lainnya yang siap menghibur para pecinta pesona dunia.

Untuk mendapatkan pesona dunia tersebut manusia menghabiskan demikian banyak waktu bekerja keras menumpuk harta untuk mengejar kebahagiaan duniawi. Pencinta dunia bahkan tidak atau sedikit saja menyisakan waktunya untuk amal akhirat di sela-sela kesibukan kerjanya atau di waktu luangnya dan dikala ia sehat. Mereka bahkan melupakan sholat atau minimal menunda sholat untuk urusan dunia yang lebih jelas terlihat di depan mata mereka. Sebagian bahkan siap korupsi, merampok, mencuri, menganiaya, menipu, memperkosa, membodohi orang lain untuk mendapatkan tiket membeli pesona dunia. “Semoga Allah menjaga kita.”

Disisi lain, sebagian manusia meluangkan demikian banyak waktunya untuk menikmati pesona dunia, bahkan tanpa mau bekerja dengan keras apalagi beribadah kepada Pemilik Dunia ini. Merekalah para pemilik harta berlebih yang menggunakannya untuk bersantai dan menikmati fasilitas dunia, termasuk para pemilik waktu yang menggunakannya untuk bermalas-malas di rumahnya yang nyaman, berjudi atau menikmati narkoba, termasuk juga para pemilik kekuasaan yang menggunakan kelebihannya untuk mendengar kekaguman orang lain pada dirinya atau memamerkan pengaruhnya atau fisiknya yang indah.

Sobat Muda!.
Perhatikan dan baca nih hadits Rasulullah yang sangat menggugah jiwa serta menetramkan hati yang menggila atas kemerlapan dunia.
Jabir bin Abdullah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berjalan melewati pasar sementara orang-orang berjalan di kanan kiri beliau. Beliau melewati seekor anak kambing yang telinganya kecil dan sudah menjadi bangkai. Beliau lalu mengangkatnya dan memegang telinganya, seraya bersabda : “Siapa diantara kalian yang mau membeli ini dengan satu dirham (saja)?”. Mereka menjawab, “Kami tidak mau membelinya dengan apapun. Apa yang kami bisa perbuat dengannya?” Kemudian beliau SAW bertanya, “Apakah kamu suka ia menjadi milikmu?”. Mereka menjawab, “Demi Allah, seandainya ia hidup ia adalah aib (cacat), ia bertelinga kecil, apalagi setelah ia menjadi bangkai?”. Maka beliau SAW bersabda, “Demi Allah, dunia ini lebih hina bagi Allah daripada bangkai ini dalam pandangan kalian.” (HR Muslim).
Sobat muda. Coba bayangkan kata Rasulullah dunia ini lebih hina dari pada seekor bangkai anak kambing yang cacat…yups lebih hina dan busuk dari pada anak kambing yang cacat dan telah jadi bangkai pula, maka tak seorangpun yang mau memilikinya bahkan memandangnya apalagi menyimpannya. Demikianlah Rasulullah SAW menggambarkan bagaimana Allah SWT menilai dunia ini yang diibaratkan lebih hina dan busuk dari bangkai kambing.
maka dari sekarang sahabat..yuuk jangan mendamba dunia dengan berlebihan. Sederhana saja.! Bukankah masih ada didepan kita yaitu kekasih (akhirat) yang terus menunggu kedatangan kita. Ya itulah kekasih keabadian yang dengannya kita terus bercengkrama...maka persiapkanlah bekal, perkuatlah mental untuk melangkah kedepan yang penuh dengan ketidak pastian.
Tetap semangat jalani hari-harimu sahabat…

Penulis: Halawi Hayari iben Ahmad Akhyar*
*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mataram NTB. 

2 komentar: